Pantun Jenaka
Pantun banyak jenisnya. Untuk menghilangkan lelah atau capek, kita bisa memilih bermain pantun jenaka. Berikut contoh pantun jenaka atau pantun berisi hiburan.
1.
Sebagai media hiburan untuk teman yang sedang
dirundung kesedihan
2.
Sebagai media untuk membangun keakraban dari dua
orang yang baru bertemu atau mengenal
3.
Sebagai salah satu strategi memberikan pesan
moral yang mudah diterima oleh orang lain
4.
Sebagai bentuk sindiran pada orang lain namun
tanpa tendensi untuk menyinggung perasaan ataupun melukai hati
5.
Sebagai penghangat suasana dan mencairkan
suasana saat berkumpul bersama keluarga besar ataupun teman-teman kelompok.
Ciri-Ciri
Pantun Jenaka
Beberapa ciri pantun yang harus diketahui adalah sebagai
berikut:
1. Tiap Bait Terdiri Dari Empat Baris
Jika dalam prosa dikenal dengan adanya paragraf untuk tiap
rangkaian kalimat yang di dalamnya ada satu gagasan utama, pantun memiliki hal
yang sama dengan sebutan bait.
Bait dalam pantun berisi untaian kata-kata yang berada dalam
satu gagasan yang sama. Jika Kamu membuat pantun jenaka, maka gagasan tersebut
adalah gagasan jenaka.
2. Tiap Baris Terdiri Dari 8 Hingga 12 Suku Kata
Dalam sejarahnya, pantun dulunya tidak dituliskan, melainkan disampaikan secara lisan. Dari sejarah ini memang bisa dilihat bahwa pantun adalah salah satu tradisi sastra lisan yang masih bertahan. Karena pada mulanya pantun diucapkan, maka jumlah suku kata dalam setiap baris dibuat sesingkat mungkin agar pesan bisa dipahami dengan mudah.
Oleh karena itu, saat membuat pantun terdapat ketentuan bahwa
satu baris dalam pantun terdiri atas 8 hingga 12 suku kata.
Ini adalah aturan yang paling penting dalam membuat pantun. Jika
pantun yang Kamu buat tidak mengikuti kaidah ini, maka tentu pantun tersebut
bisa disalahkan.
3. Memiliki Sampiran dan Isi
Ciri pantun berikutnya adalah memiliki sampiran dan isi. Kedua
hal ini, sampiran dan isi, adalah dua hal yang berbeda. Nah, sampiran sering
disebut juga sebagai pengantar dalam pantun.
Letak pengantar ini ada di dua baris paling awal pantun. Sebagai
pengantar, fungsi dari sampiran adalah menarik pembaca untuk membaca pantun
hingga selesai.
Oleh karena itu, penting bagi Kamu untuk membuat sampiran yang
menarik saat membuat pantun jenaka. Lalu, bagaimana dengan isi?
Nah, isi pantun adalah informasi yang disiapkan untuk diberikan
kepada para pembaca. Letak isi pantun tersebut berada di baris ketiga dan
keempat dari pantun.
Kedua baris ini berisi pesan –yang biasanya mengandung nilai
moral, yang akan disampaikan kepada para pembaca.
4. Memiliki Rima a-b-a-b
Pantun adalah puisi lama yang memiliki aturan atau terikat
dengan bentuk. Selain jumlah baris dan suku kata, aturan lain yang perlu
diketahui tentang pantun adalah rima.
Ya, pantun memiliki rima a-b-a-b yang harus senantiasa
diperhatikan.
Rima adalah bunyi suku kata terakhir dalam suatu baris pantun.
Seperti bentuknya, aturan ini silang. Artinya, akhir suku kata di baris pertama
harus sama dengan akhir suku kata di baris ketiga. Demikian pula untuk baris
kedua dan keempat.
Misalnya, ketika di baris pertama Kamu menulis jingga, maka di akhir baris
ketika Kamu harus menulis kata dengan rima yang sama, misalnya bunga.
Sedangkan jika di baris kedua Kamu menulis senang, maka di akhir baris
keempat Kamu harus menulis kata dengan rima yang sama, misalnya tenang.
Beberapa poin di atas adalah ciri pantun jenaka dan jenis pantun
lain pada umumnya. Ciri ini adalah aturan yang harus ditaati saat membuat
pantun.
Karena termasuk puisi terikat, jika Kamu tidak mengindahkan
ciri-ciri ini, maka pantun yang Kamu buat bisa salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar